The Fed Pangkas Suku Bunga 25 Bps: Dampak Global, Arah Kebijakan, dan Implikasinya bagi Indonesia

Daftar Isi

The Fed kembali memangkas suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 3,50%–3,75% pada rapat FOMC Desember 2025. Ini merupakan pemotongan ketiga secara berturut-turut setelah langkah serupa dilakukan pada September dan Oktober.

Dengan total pemangkasan 75 bps sepanjang 2025, pasar kini menilai The Fed memasuki fase kebijakan moneter yang lebih longgar, namun tetap berhati-hati.

Sikap The Fed yang tidak terlalu agresif membuat pasar global bergerak campur aduk. Dolar AS mulai melemah, pasar saham menguat, sementara bank sentral dunia, termasuk Bank Indonesia, mulai menyiapkan strategi menghadapi era bunga baru ini.

Mengapa Keputusan The Fed Sangat Berpengaruh?

The Fed memegang kendali atas federal funds rate, suku bunga yang menjadi rujukan seluruh dunia.
Ketika bunga AS turun, perubahan tersebut langsung terasa pada:

  • Biaya pinjaman internasional

  • Yield obligasi dan cost of fund global

  • Arus modal ke negara berkembang

  • Nilai tukar dan likuiditas pasar

  • Sentimen risiko investor global

Keputusan The Fed hampir selalu menciptakan “gelombang” ke seluruh pasar keuangan. Karena itu, setiap pergerakan 25 bps saja dapat mengubah strategi bank sentral dan investor di berbagai negara.

Alasan Utama The Fed Memangkas Suku Bunga

1. Perlambatan pasar tenaga kerja AS

Data menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan menyusut dan tingkat pertumbuhan upah tidak lagi agresif.
The Fed melihat tanda-tanda ini sebagai indikasi ekonomi mulai mendingin sehingga pelonggaran diperlukan.

2. Inflasi mendekati target 2%

Inflasi inti bergerak stabil ke arah sasaran. Lonjakan harga yang menjadi momok sejak 2021–2022 kini semakin terkendali.

3. Aktivitas ekonomi melambat di beberapa sektor

Sektor manufaktur, real estate, dan konsumsi menunjukkan perlambatan. Penjualan rumah turun dan investasi korporasi lebih konservatif.

4. Kebutuhan menjaga momentum ekonomi 2026

Dengan pemilu AS telah selesai dan agenda fiskal baru sedang dibahas, Fed perlu menjaga stabilitas agar tidak terjadi hard landing.

5. Adanya perpecahan pandangan di internal FOMC

Beberapa anggota mendesak pemotongan yang lebih besar, namun mayoritas memilih pendekatan gradual.
Hal ini menjadi tanda bahwa kebijakan The Fed ke depan tidak sepenuhnya dovish.

Dampak Pemangkasan Suku Bunga Terhadap Ekonomi AS

1. Biaya pinjaman konsumen lebih rendah

KPR, kredit konsumsi, dan pinjaman usaha mulai bergerak turun. Permintaan kredit diperkirakan meningkat dalam beberapa bulan.

2. Sektor properti mulai bernapas

Dengan mortgage rate yang turun, transaksi rumah dan pembangunan properti berpotensi meningkat.

3. Pasar saham AS mencatat penguatan

  • Nasdaq cenderung memimpin reli karena sektor teknologi paling sensitif terhadap bunga.

  • S&P 500 menguat terbatas.

  • Dow Jones bergerak stabil dengan sentimen positif.

4. Yield obligasi AS melandai

Investor mulai masuk kembali ke aset berisiko (risk-on), mendorong yield treasury bergerak lebih rendah.

5. Dolar AS melemah terhadap mata uang utama

Pelemahan dolar membuat komoditas, emas, serta emerging market (EM) menjadi lebih menarik.

Implikasi Global dari Pemangkasan Suku Bunga The Fed

1. Bank sentral dunia mendapat ruang relaksasi

ECB, BoE, dan bank sentral Asia memiliki ruang manuver lebih besar untuk menyesuaikan kebijakan tanpa takut tekanan ke mata uangnya.

2. Likuiditas global meningkat

Penurunan suku bunga AS meringankan tekanan likuiditas internasional, mendukung ekspansi kredit di negara lain.

3. Harga komoditas bisa terdorong

Dolar yang melemah memicu kenaikan harga minyak, emas, dan energi. Bagi negara eksportir, ini adalah sinyal positif.

4. Arus modal kembali ke emerging market

Negara berkembang seperti Indonesia, India, dan Vietnam berpeluang menikmati aliran dana asing yang masuk ke saham dan obligasi.

Dampak Pemangkasan The Fed terhadap Indonesia

1. Rupiah berpotensi menguat

Penurunan dolar AS menciptakan stabilitas bagi rupiah. Tekanan kurs mereda karena investor mulai menempatkan dana di pasar domestik.

2. Ruang bagi BI Rate untuk turun

Dengan risiko eksternal mengecil, Bank Indonesia dapat mempertimbangkan pemangkasan bunga sepanjang 2026, terutama untuk mendorong sektor konsumsi dan investasi.

3. Capital inflow ke obligasi pemerintah meningkat

Yield Indonesia yang lebih tinggi dari obligasi AS membuat surat utang domestik semakin menarik.

4. Pasar saham Indonesia lebih prospektif

Sektor perbankan, properti, dan teknologi biasanya menjadi penerima sentimen positif saat bunga global turun.

5. Biaya pendanaan korporasi lebih kompetitif

Emiten yang bergantung pada utang, terutama yang memiliki pinjaman valas, mendapatkan efek positif dari melemahnya dolar.

Analisis Sektor: Siapa Paling Mendapat Dampak?

Sektor Diuntungkan

  • Properti: Turunnya bunga mendorong permintaan KPR dan proyek baru.

  • Otomotif: Kredit kendaraan lebih mudah diakses, meningkatkan penjualan.

  • Manufaktur: Pelonggaran biaya pinjaman meningkatkan kapasitas produksi.

  • Teknologi: Saham berbasis pertumbuhan (growth stock) biasanya melonjak ketika bunga turun.

  • Retail & Konsumsi: Daya beli masyarakat menguat karena cicilan menurun.

Sektor yang Berpotensi Tertekan

  • Perbankan: Penurunan suku bunga dapat menekan margin bunga bersih (NIM).

  • Emiten berbasis dolar: Pendapatan dalam USD dapat berkurang akibat pelemahan dolar.

  • Komoditas tertentu: Bergantung pada volatilitas harga global pasca melemahnya dolar.

Arah Kebijakan The Fed di Masa Mendatang

The Fed menegaskan bahwa pemangkasan yang agresif tidak akan terjadi.
Berdasarkan proyeksi terbaru:

  • Tahun 2026: hanya 1 kali pemangkasan suku bunga diproyeksikan.

  • Tahun 2027: hanya 1 kali pemangkasan tambahan.

  • Panduan kebijakan (forward guidance) tetap konservatif untuk menjaga kredibilitas pengendalian inflasi.

Fed berhati-hati karena risiko ke depan masih ada, seperti pelemahan ekonomi AS yang lebih dalam, potensi kenaikan harga energi akibat gejolak geopolitik, hingga tekanan inflasi baru dari sektor jasa.

Dengan sikap ini, The Fed memberi sinyal bahwa era suku bunga rendah tidak akan kembali dengan cepat, namun pelonggaran bertahap tetap berjalan selama inflasi terkendali.

Media Perbankan
Media Perbankan Media perbankan terdepan dan terpercaya di Indonesia.

Posting Komentar