Sejarah di Balik Layar: Kisah PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE), Prof. Dr. Soemitro, dan Kelahiran SeaBank
Nama SeaBank kini melekat sebagai salah satu bank digital terpopuler di Indonesia. Dengan promosi agresif, bunga tabungan tinggi, serta integrasi dengan ekosistem Shopee, bank ini cepat mencuri perhatian masyarakat. Namun, di balik wajah modernnya, SeaBank menyimpan kisah panjang yang berakar pada sejarah perbankan konvensional Indonesia.
SeaBank bukan bank yang lahir dari nol. Ia merupakan hasil transformasi dari PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE), bank yang berdiri pada awal 1990-an atas prakarsa seorang ekonom legendaris, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo.
Visi Prof. Dr. Soemitro dan Pendirian BKE
PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) didirikan pada 4 Oktober 1991. Tokoh di baliknya adalah Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo (1917–2001), seorang ekonom terkemuka yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan Indonesia. Ia juga dikenal sebagai guru besar ekonomi Universitas Indonesia serta bagian dari kelompok ekonom “Berkeley Mafia” yang berpengaruh pada arah pembangunan nasional.
Visi utama Soemitro dalam mendirikan BKE adalah menyediakan akses keuangan yang lebih adil bagi masyarakat, khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS). Melalui kerja sama dengan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KP-RI), BKE fokus menyalurkan pembiayaan dengan model executing, sehingga kredit bisa lebih mudah diakses oleh kalangan PNS yang pada masa itu sering kesulitan memperoleh pinjaman dari bank besar.
Nama “Kesejahteraan Ekonomi” dipilih sebagai cerminan misi mulia tersebut. Bank ini mulai beroperasi pada 27 Februari 1992, setelah memperoleh izin dari Menteri Keuangan melalui SK No. 256/KMK.013/1992 tanggal 21 Februari 1992.
Perjalanan dan Tantangan BKE
Selama hampir tiga dekade, BKE menjalankan peran sebagai bank umum. Meskipun skalanya tidak sebesar bank-bank BUMN, BKE tetap dikenal sebagai bank yang dekat dengan kalangan PNS dan koperasi.
Namun, dalam praktiknya BKE menghadapi tantangan besar, terutama dalam pengelolaan risiko kredit. Seiring waktu, tingkat Non-Performing Loan (NPL) terus meningkat. Data mencatat bahwa pada Desember 2019, rasio NPL gross BKE mencapai 7,63%, jauh di atas ambang batas sehat industri perbankan nasional. Pada periode yang sama, rasio NPL net berada di level 2,06%.
Tingginya kredit bermasalah membuat posisi keuangan BKE semakin sulit. Bank ini tidak memiliki skala besar untuk bersaing dengan perbankan nasional maupun kemampuan teknologi yang cukup untuk masuk ke era digital. Kondisi inilah yang membuka jalan bagi terjadinya akuisisi.
Akuisisi oleh Sea Group dan Rebranding
Memasuki era 2020-an, industri perbankan Indonesia mulai bergeser ke digitalisasi layanan keuangan. Bank-bank konvensional dituntut beradaptasi, sementara perusahaan teknologi finansial (fintech) mulai merangsek ke pasar.
Di saat yang sama, Sea Group, perusahaan teknologi asal Singapura yang menaungi Shopee, Garena, dan SeaMoney, melihat peluang strategis. Untuk memperluas layanan keuangan digital di Indonesia, mereka membutuhkan lisensi bank. Akuisisi pun menjadi langkah paling efisien.
Pada 2020–2021, Sea Group resmi mengakuisisi mayoritas saham BKE. Setelah itu, nama PT Bank Kesejahteraan Ekonomi diganti menjadi PT Bank SeaBank Indonesia pada tahun 2021. Rebranding ini bukan sekadar perubahan nama, tetapi juga penanda transformasi besar dari bank konvensional kecil menjadi bank digital modern.
Transformasi Menuju Bank Digital
Pasca-rebranding, SeaBank langsung memposisikan diri sebagai bank digital sepenuhnya. Seluruh layanannya tersedia melalui aplikasi, mulai dari pembukaan rekening, transfer dana, hingga tabungan.
Keunggulan SeaBank terletak pada integrasinya dengan ekosistem Shopee yang memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif di Indonesia. Beberapa strategi yang membuat SeaBank cepat populer antara lain:
-
Tabungan digital dengan bunga tinggi, mencapai 5–7% per tahun pada awal peluncuran.
-
Gratis biaya transfer antarbank melalui BI-FAST.
-
Integrasi dengan ShopeePay, sehingga memudahkan pengguna untuk top-up dan transaksi belanja.
-
Promosi cashback dan program loyalitas yang menyasar generasi muda pengguna e-commerce.
Dalam waktu singkat, jumlah pengguna SeaBank melonjak. Berdasarkan laporan keuangan Sea Limited, pada akhir 2023, SeaBank mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hingga dua digit dan berhasil menembus jutaan nasabah aktif di Indonesia.
Warisan Soemitro dalam Wajah Baru
Meski kini beroperasi dalam bentuk digital, SeaBank tetap membawa jejak visi Soemitro. Bila dahulu inklusi keuangan diwujudkan melalui pembiayaan PNS lewat koperasi, kini akses itu diperluas dengan teknologi digital yang memungkinkan siapa pun membuka rekening tanpa harus datang ke kantor cabang.
Transformasi BKE menjadi SeaBank juga menunjukkan bagaimana gagasan lama tentang kesejahteraan ekonomi rakyat bisa tetap hidup, meskipun bentuknya berubah mengikuti perkembangan zaman. Dari bank koperasi untuk PNS, kini SeaBank menjelma menjadi bank digital yang melayani jutaan masyarakat Indonesia lintas generasi.
Catatan Penting
-
Pendirian BKE: 4 Oktober 1991 oleh Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo
-
Mulai Operasi: 27 Februari 1992 (izin Kemenkeu No. 256/KMK.013/1992)
-
Tantangan: NPL gross 7,63% (2019)
-
Akuisisi: Sea Group (2020–2021)
-
Rebranding: Menjadi PT Bank SeaBank Indonesia (2021)
-
Posisi Saat Ini: Bank digital dengan jutaan nasabah, terintegrasi penuh dengan ekosistem Shopee
Posting Komentar