Margono Djojohadikusumo: Kakek Prabowo Subianto, Pendiri BNI dan Tokoh Penting di Balik Kesuksesan Keluarga
Keluarga Prabowo Subianto selalu menarik perhatian publik, terutama saat ia dilantik sebagai Presiden ke-8 Indonesia pada Januari 2024. Namun, jauh sebelum Prabowo dikenal sebagai sosok militer dan politisi yang berpengaruh, keluarganya sudah memiliki sejarah panjang dalam membangun bangsa Indonesia. Salah satu sosok kunci dalam silsilah keluarga ini adalah kakek Prabowo, Margono Djojohadikusumo, yang dikenal sebagai pendiri Bank Negara Indonesia (BNI).
Margono Djojohadikusumo: Perintis Dunia Perbankan Nasional
Margono Djojohadikusumo lahir pada 16 Mei 1894 di Kebumen, Jawa Tengah. Ia merupakan seorang tokoh nasionalis yang berperan penting pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Sebagai seorang ekonom dan pejabat tinggi negara, Margono memiliki visi yang jelas dalam membangun pondasi ekonomi Indonesia yang baru merdeka.
Pada tahun 1946, Margono mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI). Pendirian BNI dilatarbelakangi kebutuhan mendesak untuk memiliki bank nasional yang dapat mendukung stabilitas ekonomi pasca kemerdekaan. BNI awalnya berfungsi sebagai bank sentral yang bertugas mengatur peredaran uang dan pembiayaan pembangunan. Seiring waktu, BNI bertransformasi menjadi bank komersial pertama milik pemerintah yang memainkan peran penting dalam perekonomian nasional.
Dalam perjalanannya, BNI telah berkembang menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia, dengan jaringan yang mencakup seluruh wilayah nusantara dan ekspansi ke berbagai negara. Kesuksesan BNI sebagai lembaga perbankan tak lepas dari visi dan kepemimpinan Margono yang berkomitmen memperkuat fondasi ekonomi Indonesia yang baru merdeka.
Soemitro Djojohadikusumo: Ayah Prabowo dan Ahli Ekonomi Terkenal
Sebagai anak dari Margono, Soemitro Djojohadikusumo melanjutkan tradisi keluarganya dalam berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia. Soemitro lahir pada tahun 1917 dan tumbuh di lingkungan yang sarat dengan pemikiran progresif dan nasionalis.
Ia menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dan memperoleh gelar doktor ekonomi dari Rotterdam, Belanda. Kembali ke Indonesia, Soemitro dikenal sebagai seorang ekonom yang berwawasan luas. Ia memainkan peran penting dalam pemerintahan sebagai Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan di beberapa kabinet pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
Kontribusi Soemitro dalam ekonomi Indonesia tercermin melalui berbagai kebijakan yang dirancangnya untuk mendorong industrialisasi dan pembangunan infrastruktur. Salah satu kebijakan terkenalnya adalah "Program Ekonomi Benteng", yang bertujuan untuk memperkuat peran pengusaha pribumi dalam ekonomi nasional.
Meski memiliki karier yang cemerlang di pemerintahan, Soemitro juga menghadapi tantangan besar. Salah satu peristiwa penting dalam hidupnya adalah saat ia berselisih dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1955, yang memaksa dirinya mengundurkan diri dari jabatan Menteri Keuangan di Kabinet Burhanuddin Harahap. Setelah itu, Soemitro sempat menetap di luar negeri dan menjadi akademisi di berbagai universitas di Eropa dan Asia.
Warisan Keluarga yang Berlanjut
Margono Djojohadikusumo dan Soemitro Djojohadikusumo bukan hanya dikenal sebagai ekonom terkemuka, tetapi juga sebagai figur yang memiliki visi jauh ke depan. Prabowo Subianto, sebagai generasi ketiga dari keluarga ini, melanjutkan perjuangan politik keluarganya melalui Partai Gerindra, yang didirikannya pada tahun 2008. Prabowo berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu pemimpin berpengaruh di Indonesia, hingga akhirnya terpilih menjadi Presiden RI pada 2024.
Namun, pengaruh keluarga ini tak hanya berhenti pada Prabowo. Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, adalah seorang pengusaha sukses yang memiliki jaringan bisnis di berbagai sektor, mulai dari pertambangan hingga kehutanan. Hashim juga terlibat aktif di Partai Gerindra sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina, menunjukkan bahwa kontribusi keluarga ini dalam politik masih terus berlanjut.
Pengaruh Margono dalam Dunia Perbankan Modern
Visi Margono dalam mendirikan BNI sebagai bank nasional pertama tidak hanya membuktikan kepiawaiannya dalam mengelola keuangan negara, tetapi juga meletakkan dasar penting bagi perkembangan industri perbankan di Indonesia. Saat ini, BNI telah bertransformasi menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia, dengan berbagai layanan inovatif yang mendukung kebutuhan masyarakat modern.
BNI menjadi pelopor dalam berbagai layanan perbankan digital di Indonesia, seperti mobile banking dan layanan fintech, menunjukkan bahwa warisan Margono terus relevan dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
Fakta menarik:
- Margono Djojohadikusumo menjadi salah satu tokoh yang ikut merumuskan dasar negara Indonesia sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
- BNI awalnya didirikan sebagai bank sentral yang berfungsi mencetak dan mengedarkan mata uang pertama Republik Indonesia sebelum diambil alih perannya oleh Bank Indonesia pada tahun 1953.
Kesimpulan
Dari Margono yang mendirikan BNI, hingga Soemitro yang menjadi arsitek kebijakan ekonomi Indonesia, keluarga Djojohadikusumo telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Indonesia. Prabowo Subianto, sebagai bagian dari dinasti ini, melanjutkan perjuangan keluarganya di ranah politik dengan semangat yang sama.
Dengan latar belakang keluarga yang penuh prestasi dan kontribusi terhadap bangsa, Prabowo memiliki pijakan kuat dalam melanjutkan kepemimpinannya sebagai Presiden RI. Warisan Margono sebagai pendiri BNI terus hidup dan berkembang, mencerminkan visi besar yang ditanamkan sejak masa awal kemerdekaan.
Posting Komentar