Bos BTN: Hati-Hati! Pinjaman Online Bisa Gagalkan KPR Anda
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi solusi bagi banyak masyarakat Indonesia yang ingin memiliki rumah dengan cara mencicil. Namun, belakangan ini, muncul tantangan baru yang membuat pengajuan KPR semakin sulit, terutama akibat riwayat pinjaman online (pinjol). Menurut Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN), Nixon L.P. Napitupulu, salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan penolakan KPR adalah keterlibatan nasabah dalam pinjol.
Nixon menegaskan bahwa bank saat ini menggunakan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang dikelola Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memeriksa riwayat kredit nasabah, termasuk pinjaman online. Riwayat kredit yang buruk, meski hanya dari pinjol dengan jumlah kecil, dapat menjadi bumerang bagi nasabah yang ingin mengajukan KPR.
"Pinjaman online itu sekarang tercatat di SLIK OJK, dan kami sebagai bank tidak bisa mengabaikan data tersebut. Bahkan pinjol dengan jumlah kecil, misalnya Rp100.000, tetap akan tercatat dan mempengaruhi kolektibilitas nasabah. Kalau ada tunggakan, nilai kolektibilitas bisa merah, dan ini jelas berpengaruh saat pengajuan KPR," kata Nixon saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI pada Senin, 8 Juli 2024.
Mengapa Pinjol Bisa Memengaruhi Persetujuan KPR?
Nixon menjelaskan, meskipun nominal pinjaman online kecil, dampaknya tetap signifikan bagi penilaian kredit nasabah di mata bank. Kolektibilitas di SLIK OJK tidak melihat besar kecilnya pinjaman, tetapi fokus pada apakah pinjaman tersebut lancar atau macet.
"SLIK OJK mencatat semuanya. Bahkan jika nasabah hanya meminjam Rp100.000 tapi gagal membayar tepat waktu, status kreditnya bisa menjadi merah. Ini menyangkut karakter nasabah yang dinilai oleh bank, sehingga kami harus hati-hati menyetujui KPR. Kami tidak bisa menolak fakta yang ada," ujar Nixon.
Selain itu, dengan transisi dari BI Checking ke SLIK OJK, bank tidak hanya memeriksa riwayat kredit dari lembaga perbankan, tetapi juga dari lembaga keuangan non-bank seperti pinjol. Ini membuat penilaian kredit nasabah semakin ketat. Sebelumnya, ketika masih menggunakan BI Checking, hanya pinjaman dari bank yang terpantau. Namun sekarang, pinjaman online yang mungkin dianggap sepele oleh nasabah, juga ikut diperhitungkan.
Solusi dan Upaya BTN untuk Mengatasi Masalah Pinjol
Dalam kesempatan tersebut, Nixon juga menyampaikan bahwa pihaknya tengah mencari solusi agar riwayat pinjol tidak serta-merta mempengaruhi pengajuan KPR, terutama bagi mereka yang hanya memiliki pinjaman online kecil. Nixon berharap ada perbedaan perlakuan antara pinjaman bank dan pinjaman online dalam penilaian SLIK OJK.
"Harusnya ada pemisahan antara pinjaman bank dan pinjol di SLIK OJK. Dengan diperlakukan sama seperti sekarang, banyak nasabah yang terhambat pengajuan KPR-nya, bahkan untuk perumahan subsidi. Kami berharap ke depan ada pengecualian atau perbedaan perlakuan untuk pinjaman online, sehingga masyarakat tidak terlalu terbebani," ungkapnya.
Nixon juga mengungkapkan bahwa dampak dari aturan SLIK OJK ini cukup signifikan, terutama pada sektor perumahan subsidi. Menurut data BTN, sekitar 30% akad kredit perumahan subsidi tertunda karena nasabah terdeteksi memiliki pinjaman online.
"Kami saat ini menghadapi situasi di mana sekitar 30% akad perumahan subsidi tidak bisa dilanjutkan karena masalah pinjaman online. Ini jadi tantangan besar karena program perumahan subsidi sangat dibutuhkan oleh masyarakat berpenghasilan rendah," lanjut Nixon.
Pinjol Kecil, Dampak Besar
Nasabah yang ingin mengajukan KPR kini harus lebih berhati-hati dengan penggunaan pinjaman online. Meski nominalnya kecil, seperti Rp100.000, data pinjol tersebut tetap akan tercatat di SLIK OJK. Jika ada keterlambatan atau gagal bayar, status kredit akan memburuk dan mengurangi peluang persetujuan KPR.
"Ini masalah yang sering disalahpahami masyarakat. Mereka berpikir pinjaman online kecil tidak akan berpengaruh, padahal justru itu yang bisa menjegal pengajuan KPR. Data pinjol, baik besar maupun kecil, akan dilihat oleh bank dan menjadi pertimbangan penting dalam penilaian karakter nasabah," terang Nixon.
Nixon mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan layanan pinjaman online. Ia juga menekankan pentingnya menjaga riwayat kredit yang bersih, terutama bagi mereka yang berencana mengajukan KPR dalam waktu dekat.
"Nasabah sebaiknya berhati-hati dalam mengambil pinjaman, terutama pinjaman online. Kalau memang tidak benar-benar mendesak, sebaiknya hindari. Kalau sudah ada riwayat kredit macet, peluang KPR disetujui akan semakin kecil," pungkas Nixon.
Kesimpulan: Bijak Menggunakan Pinjol untuk Masa Depan KPR
Dengan semakin ketatnya pengawasan melalui SLIK OJK, masyarakat yang ingin membeli rumah melalui KPR harus lebih bijaksana dalam mengelola keuangan, terutama dalam hal pinjaman online. Meski nominal pinjaman online kecil, riwayatnya tetap bisa mempengaruhi pengajuan kredit besar seperti KPR.
Mengelola pinjaman dengan baik, menjaga riwayat kredit bersih, serta memahami dampak dari pinjaman online adalah langkah penting untuk meningkatkan peluang disetujui KPR. Bank akan terus memantau karakter nasabah melalui SLIK, sehingga setiap transaksi kredit, sekecil apapun, dapat memengaruhi masa depan finansial Anda.
Posting Komentar