Widget HTML #1

Bank Bali: Sejarah, Bisnis, dan Produk


Bank Bali adalah salah satu bank yang pernah beroperasi di Indonesia, tetapi sudah tidak ada lagi sejak tahun 2002. Bank ini didirikan pada tahun 1954 dengan nama PT Bank Persatuan Dagang Indonesia (BPDI) dan berubah nama menjadi Bank Bali pada tahun 1971. Bank ini terlibat dalam skandal korupsi besar-besaran pada tahun 1999 yang menyebabkan kehilangan kendali atas bank dan akhirnya dileburkan menjadi Bank Permata pada tahun 2002. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang sejarah, bisnis, dan produk Bank Bali secara lengkap dan mendalam.

Sejarah Bank Bali


Bank Bali didirikan oleh Djaja Ramli, seorang pengusaha asal Bali yang memiliki usaha di bidang perdagangan, perkebunan, dan perhotelan. Djaja Ramli ingin mendirikan sebuah bank yang dapat melayani kebutuhan masyarakat Bali dan sekitarnya, terutama dalam hal valuta asing, karena Bali merupakan daerah tujuan wisata internasional. Djaja Ramli juga ingin mengembangkan perekonomian Bali dengan memberikan kredit kepada usaha-usaha lokal.

Bank Bali berdiri dengan nama PT Bank Persatuan Dagang Indonesia (BPDI) pada tanggal 17 Desember 1954 dengan modal awal sebesar Rp 2,5 miliar. Bank ini memperoleh izin usaha dari pemerintah pada tanggal 19 Februari 1957 dan izin untuk melakukan kegiatan valuta asing pada tanggal 8 Mei 1956. Bank ini mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Januari 1955 dengan membuka kantor pusat di Jakarta dan kantor cabang di Denpasar, Surabaya, dan Bandung.

Bank Bali mengalami perkembangan yang pesat sejak berdirinya. Bank ini berhasil memperluas jaringan kantor cabangnya di berbagai kota di Indonesia, seperti Medan, Semarang, Yogyakarta, Solo, Malang, Makassar, Palembang, dan Banjarmasin. Bank ini juga membuka kantor perwakilan di Singapura, Hong Kong, dan Australia. Bank ini menawarkan berbagai produk dan layanan perbankan, seperti tabungan, deposito, kredit, giro, transfer, remitansi, dan kartu kredit. Bank ini juga aktif dalam bidang sosial dan budaya, seperti memberikan beasiswa, bantuan, dan donasi kepada berbagai lembaga pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.

Pada tanggal 20 Agustus 1971, BPDI berubah nama menjadi Bank Bali. Perubahan nama ini dimaksudkan untuk menunjukkan identitas dan komitmen bank ini terhadap daerah asalnya, yaitu Bali. Bank ini juga ingin memperkuat citra dan reputasinya sebagai bank yang profesional, modern, dan terpercaya. Bank ini mengadopsi logo baru yang berbentuk bunga teratai dengan warna merah dan putih, yang melambangkan kemurnian, kesucian, dan nasionalisme.

Bank Bali terus mengembangkan bisnisnya dengan mengikuti perkembangan ekonomi dan perbankan nasional dan internasional. Bank ini meningkatkan kualitas pelayanan, produk, dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah. Bank ini juga melakukan diversifikasi usaha, seperti berinvestasi di bidang perhotelan, properti, asuransi, dan sekuritas. Bank ini juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga keuangan dalam dan luar negeri, seperti Bank of America, Citibank, Bank of Tokyo, dan Bank of China. Bank ini juga menjadi salah satu anggota dari Asosiasi Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (ABPRI) dan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda). Bank ini juga mendapatkan berbagai penghargaan dan sertifikat, seperti ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001. Bank ini juga menjadi salah satu bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 1990.

Bank Bali mengalami krisis keuangan yang berdampak pada kinerja dan reputasinya. Bank ini terlibat dalam skandal korupsi besar-besaran yang melibatkan pihak-pihak politik dan bisnis. Bank ini diduga memberikan dana talangan sebesar Rp 904 miliar kepada PT Era Giat Prima (EGP), sebuah perusahaan yang dikaitkan dengan Partai Golkar, untuk membiayai kampanye pemilu 1999. Skandal ini menimbulkan kontroversi dan protes dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, Bank Indonesia, Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), dan masyarakat. Akibatnya, Bank Bali kehilangan kepercayaan nasabah, mengalami penurunan aset dan laba, dan terancam likuidasi.

Untuk menyelamatkan Bank Bali, BPPN mengambil alih pengelolaan bank ini pada tahun 1999 dan melakukan berbagai upaya restrukturisasi dan revitalisasi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan merger Bank Bali dengan empat bank lain yang juga dikuasai oleh BPPN, yaitu Bank Universal, Bank Prima Express, Bank Artamedia, dan Bank Patriot. Merger ini dilakukan pada tahun 2001 dan menghasilkan bank baru dengan nama Bank Permata. Bank Permata kemudian beroperasi secara resmi pada tahun 2002 dengan modal dasar sebesar Rp 5 triliun. Dengan demikian, Bank Bali berakhir riwayatnya sebagai bank yang pernah berjaya di Indonesia.

Bisnis Bank Bali


Bank Bali memiliki bisnis yang beragam dan luas, yang mencakup berbagai sektor usaha, produk, dan layanan. Bank Bali memiliki visi untuk menjadi bank yang unggul, terpercaya, dan berdaya saing tinggi di pasar domestik dan internasional. Bank Bali memiliki misi untuk memberikan pelayanan prima, mengembangkan sumber daya manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan berkontribusi terhadap pembangunan nasional.

Bank Bali memiliki tiga lini bisnis utama, yaitu:
  • Corporate Banking: Bank Bali melayani kebutuhan perbankan korporasi, baik nasional maupun internasional, dengan menawarkan berbagai produk dan layanan, seperti kredit, treasury, trade finance, cash management, dan syndication. Bank Bali juga memberikan solusi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing korporasi, seperti project finance, structured finance, dan corporate advisory. Bank Bali memiliki segmen pasar korporasi yang meliputi sektor-sektor seperti pertambangan, migas, infrastruktur, telekomunikasi, manufaktur, dan lain-lain.
  • Retail Banking: Bank Bali melayani kebutuhan perbankan ritel, baik individu maupun kelompok, dengan menawarkan berbagai produk dan layanan, seperti simpanan, kredit, treasury, e-banking, dan kartu. Bank Bali juga memberikan solusi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing nasabah, seperti wealth management, bancassurance, dan bancatakaful. Bank Bali memiliki segmen pasar ritel yang meliputi sektor-sektor seperti konsumsi, properti, otomotif, pendidikan, dan lain-lain.
  • Micro Banking: Bank Bali melayani kebutuhan perbankan mikro, yaitu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dengan menawarkan berbagai produk dan layanan, seperti simpanan, kredit, treasury, e-banking, dan agen simpel sekolah. Bank Bali juga memberikan solusi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing UMKM, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, kredit modal usaha, dan kredit usaha rakyat. Bank Bali memiliki segmen pasar mikro yang meliputi sektor-sektor seperti perdagangan, jasa, industri, pertanian, dan lain-lain.

Bank Bali memiliki strategi bisnis yang berfokus pada tiga hal, yaitu:
  • Customer Centricity: Bank Bali berorientasi pada kebutuhan, kepuasan, dan loyalitas nasabah, dengan memberikan pelayanan yang prima, produk yang inovatif, dan teknologi yang canggih. Bank Bali juga berusaha untuk memahami dan menganalisis perilaku, preferensi, dan harapan nasabahOperational Excellence: Bank Bali berupaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas operasional, dengan menerapkan manajemen risiko, pengendalian internal, good corporate governance, dan corporate social responsibility. Bank Bali juga berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, infrastruktur, dan sistem informasi, dengan melakukan pelatihan, pengembangan, dan inovasi.
  • Business Expansion: Bank Bali berambisi untuk memperluas pangsa pasar, jaringan, dan portofolio, dengan melakukan penetrasi, diversifikasi, dan akuisisi. Bank Bali juga berambisi untuk meningkatkan kinerja keuangan, aset, dan laba, dengan melakukan optimalisasi, konsolidasi, dan sinergi.

Produk Bank Bali


Bank Bali memiliki produk yang beragam dan lengkap, yang mencakup berbagai jenis simpanan, kredit, treasury, e-banking, dan layanan lainnya. Bank Bali memiliki produk yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing segmen pasar, baik korporasi, ritel, maupun mikro. Bank Bali memiliki produk yang inovatif, kompetitif, dan berkualitas, yang memberikan nilai tambah dan kepuasan kepada nasabah.

Berikut adalah beberapa produk unggulan Bank Bali:
  • Tabungan BPD Bali: Tabungan BPD Bali adalah produk simpanan yang memberikan bunga yang tinggi, biaya administrasi yang rendah, dan fasilitas e-banking yang lengkap. Tabungan BPD Bali juga memberikan berbagai keuntungan, seperti asuransi jiwa, asuransi kecelakaan diri, dan undian berhadiah. Tabungan BPD Bali memiliki beberapa varian, seperti Tabungan BPD Bali Pelajar, Tabungan BPD Bali Lansia, Tabungan BPD Bali Purna Bhakti, dan Tabungan BPD Bali Haji.
  • Kredit Usaha Rakyat (KUR): Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah produk kredit yang ditujukan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di berbagai sektor, seperti perdagangan, jasa, industri, pertanian, dan lain-lain. Kredit Usaha Rakyat (KUR) memberikan bunga yang ringan, proses yang cepat, dan jaminan yang fleksibel. Kredit Usaha Rakyat (KUR) memiliki beberapa varian, seperti KUR Mikro, KUR Ritel, KUR TKI, dan KUR Khusus.
  • Balipay: Balipay adalah produk e-banking yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan secara online, cepat, aman, dan nyaman. Balipay dapat diakses melalui internet banking, mobile banking, atau aplikasi Balipay. Balipay memberikan berbagai fitur, seperti transfer, pembayaran, pembelian, top up, dan QRIS. Balipay juga memberikan berbagai promo, cashback, dan reward.
  • Sukuk Tabungan (ST): Sukuk Tabungan (ST) adalah produk investasi yang berbentuk surat berharga syariah negara yang diterbitkan oleh pemerintah. Sukuk Tabungan (ST) memberikan imbal hasil yang menarik, pajak yang rendah, dan likuiditas yang tinggi. Sukuk Tabungan (ST) juga memberikan keuntungan sosial, yaitu mendukung pembangunan nasional yang berbasis syariah.